Perjalanan ke Desa Menua Sadap di bulan September tahun lalu merupakan perjalanan pertama kali saya ke kawasan penyangga Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum yang terletak di Bumi Uncak Kapuas. Desa Menua Sadap merupakan salah satu destinasi ekowisata yang ada di Kalimantan Barat. Saya melakukan perjalanan ke sana waktu itu dalam rangka menjadi pemateri Pelatihan Pemandu Wisata untuk Pengelola Hutan Desa. 

Suasana sungai menuju Desa Menua Sadap

Perjalanan menuju Desa Menua Sadap

Perjalanan ke sana saya awali dengan tidur hampir di sepanjang perjalanan selama 15 jam dengan santai menggunakan transportasi darat berupa mobil. Kebetulan perjalanan kami waktu itu di malam hari. Mewakili APGI Kalbar, agenda tersebut saya hadiri dengan Sekretaris APGI Pusat, Rahman Mukhlis, di mana beliau setelah mengalami delay flight akibat kabut asap, akhirnya harus lanjut lagi perjalanan via darat, karena penerbangan kami ke Putusibau terpaksa dibatalkan. Perjalanan darat kami tempuh karena selama beberapa hari kabut asap tidak kunjung hilang yang menyebabkan penerbangan banyak delay bahkan dibatalkan. 
Suasana sungai menuju Hutan Desa Menua Sadap

Setiba di Putussibau kami mampir di kantor Forclime untuk istirahat dan mandi sebentar. Lalu kami dijemput untuk melanjutkan perjalanan 2 jam lagi menuju Mataso setelah mampir sarapan sebentar, di Mataso kami istirahat sebentar di Resort Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum, sebelum akhirnya menyusuri sungai Embaloh kurang lebih 1 jam menuju Desa Menua Sadap untuk pelatihan kelompok Pengelola Wisata Desa. Tiba di Ecolodge Menua Sadap kami disuguhkan dengan kerajinan tangan penduduk desa serta aliran sungai yang tenang. Sungguh suasana yang sudah lama dirindukan, ecolodge yang menghadap hutan dan sungai. 
Ecolodge Karangan Bunut, Desa Menua Sadap

Pelatihan dilakukan selama dua hari tersebut tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan wisata Hutan Desa di Menua Sadap. Selain daripada itu, sesuai dengan konsep wisata berkelanjutan dimana pemanfaatan dalam mengelola semua sumber daya secara sosial dan ekonomi, termasuk di dalamnya dengan memelihara integritas budaya, keragaman hayati dan unsur-unsur pendukung kehidupan lainnya yang ada di Desa Menua Sadap, semua dimanfaatkan secara maksimal untuk menarik wisatawan asing mengunjungi objek berbasis alam dan budaya penduduk lokal. 
Pemberian materi Teknik Dasar Pemandu Wisata

Pemberian Materi Teknik Dasar Pemandu Wisata

Hutan Desa di Menua Sadap memiliki tawaran wisata yang sangat beragam seperti mancing, jungle tracking, camping, pengamatan satwa dan wisata budaya. Konsep pengembangan wisata yang ditawarkan di Hutan Desa di Menua Sadap adalah konsep Ekowisata, dimana pengembangan wisata yang ada diselaraskan dengan isu-isu konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal. Oleh karena itu, pelatihan ini diharapkan bisa meningkatkan kapasitas masyarakat Desa Menua Sadap dalam pengembangan konsep ekowisata di Hutan Desa Menua Sadap. Pelatihan ini kami akhiri dengan praktek jungle tracking sekaligus mendaki bukit Peninjau di Hutan Desa Dusun Karangan Bunut Desa Menua Sadap. Di sepanjang perjalanan mendaki, peserta pelatihan praktek menjadi interpreter mengenalkan tumbuhan yang ada di sepanjang jalur termasuk manfaat tumbuhan tersebut kepada para pengunjung dan pemateri. Setiba di puncak kami disuguhkan dengan pemandangan hijau perbukitan dan angin yang berhembus mendinginkan keringat yang bercucuran. 
Salah satu tumbuhan yang ada di sekitar jalur tracking, buah Rotan

Pemandangan di atas Bukit Peninjau Hutan Desa Karangan Bunut

Pemandangan di atas Bukit Peninjau Hutan Desa Karangan Bunut Desa Menua Sadap


Hal-Hal Menarik di Desa Menua Sadap


Daun Tubuk sebagai MSG alami dan masak dalam bambu

Saat saya melakukan perjalanan ke desa-desa terpencil di daerah Kalimantan Barat, tidak lupa saya akan mencicipi masakan tradisional di sana. Di Desa Menua Sadap saya mencicipi masakan ikan segar yang dimasak di dalam bambu, daun ubi tumbuk yang dimasak dengan daun MSG alami (daun Tubuk). Menariknya ikan segar tersebut begitu ditangkap atau dipancing dari sungai langsung dimasak di dalam bambu bakar rasanya sangat lezat, harum dan diberi bumbu tradisional yang memberikan rasa sedikit asam dan segar. 
Memasak di dalam Bambu

Daun penyedap rasa masakan: Daun Tubuk sebagai MSG alami

Proses menumbuk masakan daun ubi

Bermain Sumpit

Di sore hari saat kegiatan pelatihan sudah usai, beberapa peserta dan pemateri menikmati sore hari dengan menikmati pemandangan sungai di depan ecolodge sambil bermain sumpit. Sumpit merupakan salah satu permainan tradisional yang dilombakan hampir setiap tahun saat Festival Danau Sentarum yang diselenggarakan oleh Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum. Sayang sekali saya tidak bisa ikut dalam bermain sumpit dikarena tangan saya kurang kuat untuk mengangkatnya dan saya juga memiliki nafas yang kurang kuat untuk menembakkan sumpitnya. Pada zaman dahulu sumpit digunakan untuk senjata berperang dan berburu di hutan. Ujung anak sumpit tersebut diberi racun untuk membunuh musuh, namun seiring berjalannya waktu sumpit dijadikan permainan tradisional dalam menarik wisatawan mancanegara khususnya saat festival berlangsung. 
Anak Sumpit

Bermain sumpit di depan ecolodge


Tikar Tradisional Desa Menua Sadap

Selain dikenal dengan masakan tradisional yang enak serta permainan tradisional sumpit, perempuan di Desa Menua Sadap juga tidak kalah kreatif dalam kerajinan tangannya, membuat tas, tempat pensil serta tikar untuk alas tidur adalah keahlian mereka. Di saat malam tiba, kami berkumpul untuk sekedar berbincang dan mereka dengan senang hati memperlihatkan tikar-tikar hasil kerajinan tangan mereka, dengan motif yang berbeda-beda, saya teringat dengan ibu saya di kampung yang juga bisa membuat tikar walaupun dengan bahan yang berbeda. Tapi, tikar buatan ibu saya tidak memiliki motif seperti ibu-ibu di Desa Menua Sadap. Tikar buatan warga Menua Sadap bisa dijadikan oleh-oleh untuk para wisatawan lho. Saat malam tiba kami menghabiskan waktu berbincang di rumah betang yang ada di desa Menua Sadap ini. 
Salah satu motif tikar kerajinan tangan warga Desa Menua Sadap

Salah satu motif tikar tradisional warga Desa Menua Sadap

Tikar tradisional Desa Menua Sadap



Setelah kegiatan pelatihan usai perjalanan pulang kami lewati via darat kembali karena kabut asap masih belum juga usai. Di perjalanan pulang menuju Mataso saya sempat dilewati 2 burung enggang sedang menyebrang sungai. Walaupun dari kejauhan hal tersebut cukup menghibur setelah perjalanan panjang melewati riam-riam sungai. Meski tidak punya waktu untuk mampir ke Danau Sentarum (FYI, menuju Kawasan Danau Sentarum sebenarnya cukup 45 menit saja dari Mataso) tapi karena waktu yang singkat harus buru-buru pulang kembali ke Pontianak malam itu juga jadi saya dan Rahman cukup gigit jari saja. Semoga di lain kesempatan bisa berkunjung bahkan menyusuri kawasan Danau indah di Kalimantan Barat itu. Perjalanan selanjutnya saya ingin ke Taman Nasional Gunung Palung! Hehehe.
Sampai bertemu di cerita selanjutnya, Travelmates! :*

Foto di riam sungai :D

Perjalanan pulang menuju Resort Mataso