Lika liku menyusui setelah melahirkan memang banyak sekali ceritanya. Berbeda ibu berbeda pula ceritanya. Akhirnya cerita ini sempat aku tuliskan di sela-sela kesibukan jadi ibu baru. Jarak yang terlalu jauh dari cerita Trimester Ketiga yang digabung dengan cerita melahirkan Omar. Cerita mengASIhi ini pun akhirnya tertulis setelah Omar memasuki masa MPASI. Bahkan sekarang Omar sudah belajar berdiri! Haha. Maafkan aku yang keasyikan sibuk bersama Omar.

Omar Maqil Asshauqi


ASI Seret Pasca Lahiran

Dilema ASI seret memang terkadang menjadi hal yang lumrah bagi ibu-ibu pasca lahiran. Sungguh suatu hal yang bikin stress. Bagaimana tidak, setelah lahiran dengan kondisi tubuh masih lemah, jahitan masih basah, kurang tidur, lalu disuguhkan dengan seorang manusia mungil baru yang lahir dengan muka menggemaskan tapi di hari kedua (tepatnya di malam pertama pulang ke rumah) dia menangis tanpa henti. Terjaga di setiap jam. Sudah pup beberapa kali dan buang air kecil juga. Dalam pikirku dia pasti kelaparan karena abis pup. Nyatanya tidak begitu. Secara teori bayi yang baru lahir menangis tidak melulu soal lapar, bisa jadi butuh kehangatan ibunya untuk dipeluk karena sudah lama terbiasa di dalam rahim, kaget saat keluar di dunia yang lucu ini. Wkwkwkwk.

Mencoba pumping di awal lahiran

Tapi tidak menutup kemungkinan dia lapar. Masalah lain mulai bermunculan. Flat Nipples dan ASI tidak keluar. Nah gimana mau nyusuin anak?? Mulailah keluar jurus-jurus tradisional ibuku untuk menggunakan ragi tape yang dioles di payudara. Hahaha. Aku ikut-ikut saja selain itu minum ASI Booster juga (waktu itu minum jamu berbentuk tablet beli di apotik).

Bayangin, abis lahiran belum ada tidur sama sekali. Abis pecah ketuban jam 5 subuh sampe jam 5 subuh berikutnya yang kukerjakan masuk ambulan, kontraksi, lahiran, dijahit, observasi dan harap-harap cemas nungguin Omar dibawa ke ruang rawat inap. Sore saat dia datang ke ruangan aku tidak bisa tidur sama sekali. Sesenang itu kerjaanku hanya memandang wajah Omar, meluk, cium, usap-usap pipi. Ya Allah nulis ini mulai netes lagi air mata. Hiks..

Jangan tanya sekarang tingkahnya bagaimana. Anak yang aku perjuangkan susah payah saat hamil. Sampai berpikir apa bisa selamat? Apa dia makan ya di dalam perut dan pikiran-pikiran buruk lainnya. Sekarang malah sudah ada di depan mata. Sudah pintar menggigit pula karena mulai tumbuh gigi. 🙃 btw sekarang saat posting tulisan ini giginya udah tumbuh enam. Ya 6. 

Perjalanan menyusui Omar rasanya level kedua kesulitannya setelah hamil. Yang ketiga lahiran. Hahaha. Setiap orang memang pasti berbeda-beda. Itu menurutku pribadi. Khusus menyusui yang seumur jagung ini ya. Tidak menutup kemungkinan berubah saat dia makin tambah gede. Masih 1.3 tahun coy buat ASI. Menjalani 6 bulan pertama ASI Esklusif Omar sering marah-marah. ASI tidak deras dan penuh dia akan marah. Sampe aku mencoba bermacam-macam ASI Booster. Dari yang harganya terjangkau sampe yang harganya lumayan. Menurut kantongku. Hihihi. Seiring berjalannya waktu dia sudah semakin gede, udah pinter nyusu dan aku tidak flat nipple lagi. Aku juga sudah tidak rutin minum ASI Booster. 


Defisit Tidur Saat Jadi Ibu Baru

Yap. Yang kenal denganku pasti tau betapa aku suka tidur. Tidur adalah agendaku saat libur kerja. Bahkan sebelum hamil aku termasuk orang yang kalo tidur nggak bisa diganggu. Bahkan suara berisik bagaimanapun aku sulit terjaga. Setelah lahiran bisa dibayangkan betapa aku kekurangan tidur dan harus terjaga berkali-kali dalam setiap malam. Bahkan saat menulis ini kepalaku lagi sakit karena tadi subuh sudah bangun dan tidak ada tidur siang. Saat Omar tidur malam menyempatkan diri untuk menulis, setor konten, mengecek email bahkan membaca artikel sesekali. Tapi sulit tidur sudah kualami sejak hamil, bahkan seminggu sebelum Omar lahir aku sudah sering merasakan kontraksi palsu saat terlelap. 


Belajar Banyak Hal Dalam Satu Waktu

Di satu sisi, bayi itu mahluk yang cerdas bisa belajar banyak hal. Kasian sih. Mereka harus belajar merespon, tengkurap, merangkak, duduk, merasakan sakitnya gusi sobek saat tumbuh gigi, menggenggam, mengunyah dst. Tapi setelah mereka lahir ada orang lain yang juga lahir. Seorang ibu. Yang dituntut untuk belajar banyak hal. Belajar membedong, menyusui, menggendong, belajar MPASI, memahami tangisan bayi, dst. Tak lupa juga belajar sabar, menahan emosi dan ego. Sungguh, itu yang paling sulit. Seringkali aku menangis saat benar-benar capek. Ngantuk. Lapar. Tapi Omar masih rewel dan pengen nempel terus. Tapi, apa kau tega meninggalkan dia yang bahkan dia saja tidak meminta untuk dilahirkan. Selalu saja kata-kata itu yang kuingat. Sungguh aku sayang sekali Omar. Melebihi nyawaku sendiri.


Belajar Menutup Telinga Di saat Tertentu

Mungkin hampir setiap ibu pasti merasakannya. Saat kau selesai lahiran akan banyak yang mengomentari cara asuh atau ilmu parenting kita yang berbeda. Bahkan cara berpakaian bayi saja bisa jadi bahan berselisih paham. Menggunakan gurita pada bayi, pantangan makan ibu nifas, posisi duduk bahkan berjalan. Aku termasuk ngeyel sih ya, tidak pake gurita, jalan kaki biasa aja (bukan berarti lari-lari ya saat jahitan masih basah), tidak pake gurita pada bayi (hanya sesekali sih) dan membedong saat diperlukan saja. Mengapa? Tau tidak kalau kita tidak perlu membedong bayi sepanjang masa? Yakali bayi dibedong saat siang hari panas-panasan. Zaman dulu hutan masih banyak, udara sekeliling masih adem. Sekarang? Jangan ditanya!

Anak bayi sibuk


Mau Punya Anak? Siapin Duit Yang Banyak!

Sebenarnya mungkin sebagian orang bilang terlalu materialistis. Ya kali anak kita meskipun minumnya ASI tapi emaknya tidak makan makanan bernutrisi? Jangan seenak jidat bilang enak kalo ASI nggak perlu minum susu formula yang sebulan habis sekian juta. NO sayang, emaknya bisa sampe kurus nyusuin anak jika nutrisi yang masuk tidak seimbang dengan kalori yang terbakar, tidur yang kurang dan capek yang tidak ada habisnya.

Omar Atraksi Setiap Hari


Oh iya tulisan ini kesannya terburu-buru diselesaikan. Bukan untuk ngeluh dan tidak bersyukur tapi sebagai kenangan saja ke depan bahwa aku sudah melewati masa sulit demi anakku tersayang. Justru dengan melewati ini semua aku tambah cinta sama diriku sendiri. Menjaga untuk tetap waras, sehat dan bahagia. Kalau aku tidak bahagia, sehat dan waras, pada siapa seorang anak akan bergantung? Iya kan?

Jadi buat mamak, emak, bunda, mama, mommy, ummi dan semua ibu di luar sana, tetaplah kuat bersama anak-anak kalian semua! Soon, mungkin aku akan tulis cerita MPASI ❤