Menjadi versi terbaik diri sendiri, ungkapan yang pasti semua orang tau tapi belum tentu semua menjalaninya. Mungkin bagi setiap orang dia sudah menjadi versi terbaik dirinya sendiri, tapi di mata orang lain belum. Lantas versi terbaik seperti apa yang harus kita jalani? Aku bilang dijalani bukan ditunjukkan, karena sejatinya jika dijalani kita yang merasakannya sendiri, sedangkan jika ditunjukkan ada makna seperti kita ingin seperti apa yang orang mau meskipun saat dijalani secara tidak langsung pasti ditunjukkan ke orang lain juga. Paham? Semoga iya. Hehe.



Aku sudah menjadi versi terbaik dari diriku sendiri dengan hidup yang aku jalani sekarang. Bukan menjadi versi terbaik dari tuntutan orang-orang yang tidak membantuku saat aku di situasi sulit dan saat aku tidak baik-baik saja. 

Begitulah aku sekarang. Hanya aku sendiri yang tau versi terbaikku dengan kondisi apa adanya aku sekarang. Menjalani peran sebagai ibu rumah tangga sekaligus merintis kembali menggeluti kesibukan di media sosial. Mungkin, ada yang tidak setuju dengan aku aktif kembali di media sosial, tapi apakah dia membantu ku saat aku butuh support financial disaat menjadi full IRT? Jadi, cukup tutup mulut saja. 



Aku pernah berurusan dengan orang toxic, mengira dia sudah cukup baik menasehati aku untuk menjadi versi lain aku sekarang. Tidak bisa kawan, meski kita melewati jalan kerikil yang sama, alas kaki kita bisa saja beda, apalagi ukuran sepatu kita. Begitulah kira-kira. Tak bisa kita samakan kondisi kita dengan orang lain.

Aku juga pernah diceritakan bahwa jika dekat dengan laki-laki hanya berorientasi kepada uang mereka saja. Apakah segitu bodoh dan tak berdayanya aku dalam mencari uang sehingga di pikiran orang hanya bergantung dengan uangnya laki-laki? 

Aku juga pernah dibilang saat bekerja hanya memakan gaji buta saja. Apakah dia sudah mengerjakan apa yang sudah harusnya dia kerjakan? Jangan segitunya menjilat kawan sampai kau lupa dengan pekerjaanmu sendiri lalu merampas pekerjaan orang lain demi terlihat baik di mata atasanmu agar terlihat rekan kerjamu seperti tidak bekerja. Aku melakukan banyak hal yang bahkan kau sendiri belum tentu bisa melakukannya tanpa harus kupamerkan dengan banyak orang.



Sesungguhnya apa pun hal buruk yang kita pikirkan tentang orang lain, bisa jadi karena hati kita yang terlanjur kotor dan kita pernah melakukan kesalahan tersebut sehingga kita menyamakan orang tersebut dengan apa yang kita pikirkan. 

Aku juga pernah dipaksa untuk menjadi orang lain, untuk menyenangkan orang lainnya. Lantas, apa bisa aku meminta hal yang sama? Please, hidup di dunia ini bukan untuk menyenangkan banyak orang, meskipun ada yang mau, tapi tak semua orang bisa dan ikhlas melakukannya. Fokuslah untuk membahagiakan diri sendiri dulu baru bisa membahagiakan orang lain seutuhnya.

Dan terakhir, jangan pernah berpikir orang lain menyukai kita seutuhnya dan menerima kita apa adanya, selain diri kita sendiri. Jadi untuk menjadi versi terbaik diri kita sendiri bagiku adalah saat kita melakukan hal positif yang diniatkan untuk membahagiakan diri sendiri, bukan untuk dipuji, bermanfaat tanpa harus bertopeng apalagi menginjak orang lain.

Dan maaf, aku tidak mau menghabiskan waktu berlama-lama dengan orang yang memintaku jadi orang lain, tapi dia sendiri tidak bisa membantu menyelesaikan masalahku. 😊