Cerita di trimester 3 sempat terlewatkan untuk direkam di blog. Seperti pada umumnya, keluhan kehamilan di trimester ketiga perut semakin berat, makan sedikit sudah sesak dan engap, posisi tidur semuanya serba salah dan kenaikan asam lambung hingga muntah. Oh iya, keluhan gusi berdarah juga semakin parah, membuat makan terasa tidak enak. Terkadang kontraksi palsu sudah mulai terasa dan main birthball untuk meredakan sakit pinggang. Alhamdulillah saat cek lab, tekanan darah normal, HB normal, cek gula darah, sifilis, hepatitis, HIV, semuanya aman. 


Semakin tidak sabar rasanya untuk bertemu anak bayi. Hari-hari masih diisi dengan ngajar les private sepupu yang masih kelas 3 SMP. Alhamdulillah dia merasa cocok les Bahasa Inggris dan Matematika. Baby O juga ikutan belajar keduanya. 🤭☺️ Meski posisi duduk lama akan terasa tidak nyaman dan kandung kemih semakin terhimpit. Hehehe. Bolak balik ke toilet sudah biasa, bahkan sejak awal kehamilan. Tendangan demi tendangan juga terasa membahagiakan. 


USG pertama di trimester 3 kondisinya baik, dengan wajah cemberut dan ada 2 lilitan tali pusar di leher tapi masih dalam kondisi aman. Disarankan untuk datang lagi 5-6 minggu (saat itu bulan Agustus) untuk melihat posisi janin dan panggul. 

Bertepatan dengan tanggal 23 September, kami sekeluarga jalan-jalan ke Singkawang sekaligus agenda check up adik ke RS di Singkawang dan sorenya Baby O akan USG lagi. Setelah jajan Choi Pan di Singkawang (yang sudah lama diidam-idamkan sejak hamil 3 bulan tapi belum kesampaian), kami pun meluncur ke Pemangkat, kembali ke dr. Kadek Ayu untuk USG. Hasilnya?? Sudah pembukaan 1, wajah disembunyiin dan air ketuban perlu ditambah jadi disarankan untuk banyak minum. Belakangan memang susah minum karena merasa mual dan sangat sering pipis. Beberapa hari belakangan juga semakin kram perut. Jadi kepikiran, baby O akan lahir di bulan September atau sama bulan lahirnya dengan mamak di Oktober? Oh iya setelah USG setiap malam kontraksi semakin terasa bahkan pernah setiap setengah jam beberapa waktu. Aku setengah lelap sambil menahan kontraksi (palsu). Pesan dokter Ayu, jika dalam 1-3 minggu ke depan ada keluar darah bisa lahiran ke bidan, kalo keluar air ketuban harus ke rumah sakit yang ada dokter anestesinya.

26 September 2021, baby O akhirnya lahir
Saat subuh, setengah sadar, terasa ketuban pecah, sebanyak 3 kali rembes. Awalnya kupikir itu BAK, tapi kok tidak ada keinginan untuk BAK, padahal biasanya subuh pasti akan ke toilet. 
Buru-buru ke toilet untuk BAK, lalu benar saja, air rembes lagi. Dan yakin ini adalah ketuban. Secepatnya laporan sama umak yang sudah siap-siap mau ke ladang dan subuh itu juga dia bilang ada pengumuman di masjid ada warga kampung yang meninggal dunia. Innalillahi wa inailahirojiun..
Aku lalu mengirim pesan via WA ke bidan desa. Padahal rencananya hari Senin besok mau konsultasi langsung mengenai hasil USG terakhir. Bidan Heppi menyarankan untuk ke puskesmas agar dia mengecek terlebih dahulu. Tanpa merasa mulas maupun kram kami meluncur ke puskesmas pagi itu.
Di puskesmas ternyata pembukaan baru 2 dan benar air ketuban yang merembes. Aku kemudian siap-siap dirujuk ke RS Harapan Bersama Singkawang. Setelah memasang infus, swab dan bersiap-siap akhirnya kami berangkat menggunakan ambulan. Di dalam ambulan kontraksi mulai terasa setiap 10 menit dan masih sempat makan roti srikaya untuk isi perut menambah tenaga. Bersiap menyambut baby O.

Setiba di RS pukul 9 pembukaan baru 3 dan detak jantung janin dinyatakan lemah. Aku dibantu oksigen. Kontraksi mulai terasa kuat saat tidak ada satu orangpun menemani di ruang bersalin. Semuanya mengurus administrasi dan operasi. Hanya bisa istigfar dan mengucap nama Allah berkali-kali. Kebetulan posisi sedang tiduran ke sebelah kiri. Kurang dari 5 kali kontraksi yang kuat dengan penuh keringat. 

Lalu kurang beberapa menit jam 10 pagi petugas kesehatan masuk. Mengatakan akan segera operasi dan mereka mulai mengetes obat di lengan dan mengambil darah. Lalu diperiksa kembali ternyata sudah pembukaan lengkap. Ternyata benar dugaanku, kontraksi yang kuat tadi adalah keinginan baby mau lahir, tapi tidak dalam posisi yang benar untuk lahiran dan tidak ada bantuan. 
Operasi pun dicancel dan dituntun untuk lahiran secara normal dengan kontraksi yang sudah tidak sekuat sebelumnya. Baby O sangat pintar bejuang bersama. Pukul 10.30 akhirnya dia lahir dengan tangis yang membahana. Kami benar-benar berjuang berdua sekuat tenaga. Tidak ada kebahagiaan lain yang bisa menggambarkan. Dengan berat 2.5kg dan panjang 47cm. Hanya bisa mengucap hamdalah saat si baby keluar dan didekatkan untuk dicium. Bahagia, seketika semua rasa sakit saat awal hamil di Trimester pertama, kedua hingga ketiga dan kontraksi menjadi hilang. Melihat wajah anakku yang mungil. 
Omar-Maqil-Asshauqi


Omar Maqil Asshauqi, nama yang sudah aku persiapkan sebelumnya. Omar yang berarti putra pertama, Maqil berarti cerdas dan Asshauqi berarti pemberi kasih sayang. Meski jalan hidupmu masih menjadi rahasia ke depannya nak, aku selalu mendoakan kau menjadi anak yang soleh, baik, sehat, kuat, cerdas dan pemberi kasih sayang. Aamiin. Bersiaplah menjalani hari-hari di dunia ini. Love you, Baby O.