Mengapa blog ini saya beri nama Travelmate? Secara umum pasti yang terlintas di pikiran kita adalah teman perjalanan. Ya, semenjak 6 tahun belakangan ini saya diperkenalkan dengan yang namanya perjalanan. Entah itu perjalanan ke desa-desa, ke gunung, tempat wisata, ikut serta dalam outbond, daerah timur Indonesia hingga perjalanan menggunakan motor lima hari empat malam dalam rangka mempersiapkan perjalanan teman-teman yang akan mendaki gunung.

Dalam perjalanan-perjalanan yang mengesankan tersebut tentunya saya ditemani orang-orang yang memiliki hobi yang sama dengan saya. Jalan-jalan, traveling atau mungkin ada istilah lainnya. Mengapa travel mate? Karena saya senang dengan istilah itu, ringkas, mudah, dan penuh arti. Mate yang saya ketahui merupakan teman yang bisa mengerti kita, mengenali sifat kita, dan bahkan mengetahui kebiasaan-kebiasaan kita walau itu berupa kekurangan, pelupa misalnya atau mungkin emosional. Jika kita input ke dalam google translate, mate berarti pasangan. Itu juga alasan mengapa saya menggunakan kata travel mate, kita membutuhkan pasangan saat perjalanan, bukan berarti harus pasangan yang berbeda kelamin dan saling cinta. Sama halnya sepatu atau sandal, berpasangan tapi berbeda. Mungkin begitu halnya teman jalan, berbeda bentuk dan sifat dan harus saling melengkapi, saling tolong menolong, saling menunggu saat yang lain kelelahan. Karena satu yang pasti, teman jalan atau pasangan jalan kita pasti memliki tujuan yang sama saat langkah pertama yang kita ambil, teman yang meninggalkan temannya atau bahkan mengambil jalan lain dan berubah pikiran untuk tujuan akhir di tengah perjalanan itu bukan travel mate. Mungkin mereka orang yang kita temui di tengah perjalanan. (ada ya?) :D

Adapun isi blog ini hanya menceritakan pengalaman pribadi saya dan tempat-tempat yang saya singgahi. Masih banyak cerita yang saya ingat dalam memori saya. Namun masih belum saya tuangkan semuanya dalam bentuk tulisan. Saya bertemu orang-orang hebat. Saya mengerti artinya sedih dan bahagia, saya mengerti sulitnya mencari uang sambil liburan. Saya mengerti siapa yang meninggalkan saya saat sulitnya perjalanan dan siapa yang masih tetap menemani mendaki dengan susah payah menuju puncak yang tidak mungkin lari untuk dikejar. Saya mengerti artinya persahabatan dan berbagi bon cabe dikala kedinginan dan kelaparan. Saya masih menyimpan dengan lekat apa alasan kami bertengkar dan tertawa di tengah perjalanan yang kadang terjal. Dan saya akhirnya sangat mengerti apa yang menjadikan alasan kami pulang dan siapa yang kami rindukan untuk kembali.
Dan kami harus kembali dengan selamat agar dapat menceritakan perjalanan kami yang tidak akan didapatkan oleh orang-orang yang berselimut hangat di rumah saat kami kedinginan berbagi api ditengah badai. Saat kami harus menceritakan bagaimana mengumpulkan dan memberi arahan bagi orang-orang kantoran melepas lelah mereka di balik meja dengan berbagai permainan yang kami sediakan. Saat saya harus memanjat tebing bebatuan yang melukai jari jemari dan mengasah beberapa ujung kuku. Saat saya harus melewati 5 kabupaten dalam lima hari dengan debu sepanjang perjalanan. Serta saat kami harus menunggu air bah surut selama 3 jam untuk menjaga keselamatan saat menyeberang sungai dalam perjalanan mendaki gunung memperingati tahun baru bersama.
Istilah travelmate saat ini sangat senang saya gunakan untuk menyebut diri saya sendiri dan teman perjalanan saya. Setiap mengingat dan menceritakan kembali perjalanan kami. Selalu akan ada tawa yang mengiringi. Tetaplah menjadi my travelmate. Mari kita susun rencana traveling lagi. :)


Saat menjadi Tim Outbond bersama MUVI di Hotel Dangau Singkawang. Doc: Kapten Ndien

Puncak Gunung Raya Passi. Doc: Agus D. W

Taman Kota Ambon, 2013.

Pulau Lemukutan, Sui Raya Kepulauan. 2015


Patung Kapitan Patimura, Ambon. 2013

Air Terjun di Gunung Bengkarung.

Penyeberangan sungai saat mendaki Gn. Niut.

Snorkeling di Pulau Kabung. 2014

Saat jadi guide pemanjat Jepang. Batu Daya, Ketapang. 2013


Gong Perdamaian Ambon

Puncak Niut


Temajuk, Paloh. 2012

Sintang, 2015


Entikong, Perbatasan Indonesia - Malaysia. 2015