Jalan Setapak Mangrove Park dengan poster Kampanye "Save Mangrove". Doc: Bg Fajar
Beberapa waktu lalu sebelum berkunjung ke Singkawang Mangrove Park yang terletak di Desa Setapuk, saya juga berkunjung ke Taman Mangrove lainnya yang berada di Kabupaten Mempawah. Taman mangrove yang terletak di sebelah Taman Makam Pahlawan Kota Mempawah ini sudah cukup lama ada. Berjarak sekitar 70 km dari Ibukota Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak. Biaya yang dipungut saat untuk memasuki wisata yang terletak di tepi pantai ini sebesar Rp 5000 untuk umum dan gratis bagi pelajar SMP hingga anak-anak. Mangrove Park ini diresmikan pada tanggal 23 Agustus 2016.
Pos masuk MMP. Doc: SYH


Mempawah Mangrove Park dikelola oleh Mempawah Mangrove Conservation (MMC) yang dipimpin oleh Raja Fajar Azansyah. Pria kelahiran Tanjungpinang Kepulauan Riau ini pernah mengenyam pendidikan S1 Manajemen Pariwisata di STIEPAR YAPARI AKTRIPA Bandung Angkatan 1997. Beliau sekarang sebagai Kasi Pariwisata di Dinas Pendidikan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata di Kabupaten Mempawah. Menjadikan hutan mangrove sebagai pusat konservasi dan edukasi, pusat pemanfaatan buah mangrove serta sebagai tempat kegiatan ecotourism. Menurut Bang Fajar, begitu beliau disapa, hal-hal itulah yang menjadi misi dari MMC juga sebagai landasan untuk mendirikan taman hutan mangrove ini. Berawal dari mengkampanyekan “save Mangrove” dari sekolah ke sekolah kemudian sekarang berdiri mangrove park sebagai pusat eduecotourism, tempat yang dijadikan sebagai pusat belajar sekaligus berkampanye dengan ide yang muncul sejak Desember 2015. Dengan melibatkan masyarakat pesisir usaha tersebut sekarang sudah dirasakan manfaatnya bagi masyarakat lokal dan menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk melakukan hal yang sama.

Banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari hutan mangrove, selain sebagai tempat hidup dan sumber makanan bagi beberapa jenis satwa, mangrove juga berperan penting dalam mencegah abrasi pesisir. Menurut data Kabupaten Mempawah keluaran BNPB tahun 2011, Kabupaten Mempawah merupakan daerah yang dilanda abrasi pantai cukup parah. Pantai sepanjang kurang lebih 89 km itu abrasinya sudah berdampak semenjak tahun 80an.
Mempawah Mangrove Park dikala senja

Pertama kali memasuki hutan mangrove kita akan disuguhkan pemandangan laut yang tidak lagi biru, akibat pesisir yang sudah berlumpur, di sebelah kanan laut kita akan melihat pulau Penibung. Pintu masuk MMP mengantarkan kita ke jalan setapak yang terbuat dari bambu dan kayu. Susunan batu pemecah gelombang tampak bersusun rapi di sepanjang pesisir pantai. Namun di belakang batuan tersebut kita akan dihadapkan dengan hutan mangrove yang mulai merimbun. Berjalan memasuki jalan setapak yang berwarna warni akann mengantarkan kita ke tempat berteduh yang dihiasi poster berisikan informasi akan betapa pentingnya mangrove.
Ajakan Peduli Mangrove. Doc: SYH


Jembatan sunset Taman Mangrove Mempawah

Tampak fasilitas kamar kecil dan play ground untuk anak-anak juga disediakan di sisi kiri jalan setapak. Jika kita berbelok ke kanan kita akan menuju jembatan sunset. Jembatan yang terletak di tepian laut ini menyuguhkan pemandangan sunset dan pulau Penibung yang ada di hadapan kita. Beberapa pohon mangrove yang berumur belia tampak menghiasi sekitar jembatan. Kita dapat melihat banyak ikan Mudskipper atau nama lain dari Tembakul, yang memang hidup di lumpur dan sesekali memanjat pohon bakau.

Jembatan sunset di Taman Mangrove Mempawah
Taman mangrove ini sangat dianjurkan bagi anak-anak, ada baiknya memperkenalkan edukasi tentang pentingnya hutan mangrove bagi kehidupan kita, bukan hanya untuk masyarakat pesisir. Tidak hanya menghabiskan waktu berwisata bersama keluarga, anak-anak juga akan mendapat ilmu atau belajar langsung di alam. Juga sangat diharapkan bagi masyarakat atau wisatawan yang berkunjung untuk menjaga fasilitas yang ada serta menyebarkan semangat konservasi dalam menjaga lingkungan sekitar kita. Salam konservasi!